Skip to main content

Posts

Showing posts from April, 2016

Kereta dan Kenangan Bersama Rena

Tiap kali naik kereta aku teringat sama sosok Rena. Aku masih ingat betapa bahagianya Rena saat pertama kalinya menginjakkan kaki di sebuah kereta. Tak ada dialog dan Aku hanya memandang wajahnya yang begitu merona. Wajah yang sampai detik ini masih tersimpan di kepala.  -------------- Sebuah dialog terjadi antara Aku dan Rena di sebuah pesan singkat. Dari membahas hal-hal yang biasa sampai merujuk pada pengakuan yang mengejutkan. Rena kala itu mengaku selama hidupnya belum pernah naik kerata. Sebuah pengakuan jujur dari seorang wanita yang lahir dan besar di dekat ibukota. Sontak, Aku pun membalasnya dengan emot tertawa. “Hahah.. Oke, akhir pekan kita naik kereta,” balasku.   Tibalah di akhir pekan. Sebelum ke stasiun, Aku meminta Rena untuk ke kosanku terlebih dahulu di Ciputat. Tujuannya supaya kami bisa berangkat bersama ke stasiun. Stasiun yang kami pilih adalah stasiun Pondok Ranji. Stasiun yang tentu saja paling dekat dari tempat tinggal kami. Aku di Ciputat dan

Saatnya Rindu

Tak ada kopi untuk pagi ini. Bukan karena semalam terlalu banyak minum kopi, tapi benar-benar tak ada hasrat lidah ini untuk mencecapnya.  Yang ada di otakku hanya ada dua: cepat-cepat terlelap atau diam diserang rindu. Kuhisap sigaret ini dalam-dalam dengan harap semuanya tentram. Ternyata sama saja. Rindu masih saja belum sirna. Gawai yang kugenggam pun senyap bak benda tak berguna. Tak ada yang bisa diharapkan, semuanya membisu. Bising kendaraan pun sama sekali tak mengganggu. Semuanya pada kompromi untukku. Ya, nampaknya aku lebih memilih rindu. Namanya juga rindu, selalu hadir tanpa malu-malu. Ia jujur dan tak kenal waktu. Ah, memang sudah saatnya rindu. Tak perlu risau, hanya butuh waktu untuk bertemu. Pondok Cabe, 6 April 2016