Skip to main content

Posts

Showing posts from 2014

Nahkoda Enggan Kehilangan Kapal

Menebak arah politik Golkar dari briefing rahasia Nurdin Halid yang bocor ke media. Beberapa jam sebelum Musyarah Nasional Partai Golkar di Bali menentukan Ketua Umum, para penentang Aburizal Bakrie seperti menemukan sebuah hulu ledak baru: rekaman briefing rahasia Nurdin Halid ke kalangan peserta Munas. Bagi Agung Gunandjar Sudarsa, politisi Golkar yang bergabung dengan barisan penentang Aburizal, rekaman itu memperpanjang bukti adanya rekayasa besar melanggengkan kekuasaan Aburizal Bakrie. “Kami akan laporkan kasus ini ke Kementrian Hukum,” katanya berharap pembelaan dari pemerintahan Presiden Joko Widodo. Berdurasi hampir dua jam, rekaman itu memuat penuturan Nurdin, Steering Committee Munas, seputar pengalamannya memenangkan kongres besar Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia di Bali. Singkat cerita, Nurdin ingin pengalaman itu jadi dasar pemenangan Aburizal. “Ini licik yah, licik,” katanya mendedahkan sejumlah strategi. Bagi Wakil Sekjen Golkar, Lalu Mara Satriaw

Antara Amplop, Hotel, dan Singkong Rebus

Ada pihak yang mendukung, memprotes, dan terjebak dilemasetelah Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara mengeluarkan surat edaran hidupsederhana untuk kalangan birokrasi. SUATU hari pada akhir November silam, Arief Syaiful, seorangpegawai negeri sipil di Sekretariat Negara, seperti tersedak saat membaca suratedaran dari Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi,Yuddy Chrisnandi, tentang anjuran hidup sederhana. Dia merasa ada yang tidakberes pada salah satu poin yang mengatur pembatasan jumlah undangan resepsipernikahan, tasyakur, dan acara sejenis lainnya untuk kalangan pegawai negeri.Tak tanggung-tanggung, beleid mematok undangan maksimal cuma 400 undangan. Dia ingin mengkritik surat itu. Muncullah idenya untukmenuliskan surat terbuka kepada Sang Menteri di media sosial. Sepulang kerja,Arief mulai membuka laptop. Kata demi kata ia rangkai hingga membentuk sebuahsurat. Dalam surat itu, dia menekankan bahwa pemerintah seharusnya tidak perlumencampuri u

SBY Bapak Intoleransi

Memasuki hari-hari terakhir masa jabatan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, kelompok hak asasi Setara Institute menyoroti kegagalan dalam mempromosikan dan mempertahankan keharmonisan antara kelompok-kelompok agama di negara ini. Berdasarkan data lembaga itu, lebih dari 200 kasus yang berkaitan dengan intoleransi agama dilaporkan setiap tahun selama beberapa tahun terakhir, dan sebagian besar dari mereka tidak pernah diproses melalui jalur hukum. Laporan lain dari Wahid Institute, yang mempromosikan pluralisme dan Islam yang damai, melaporkan bahwa insiden tersebut telah meningkat selama 10 tahun masa bakti SBY. Laporan tersebut menunjukkan kasus intoleransi agama pada tahun 2012 tercatat sebesar 274, naik dari 267 pada tahun 2011 Pada tahun 2010, lembaga ini mencatat 184 kasus, sedangkan 121 kasus yang tercatat pada tahun 2009. Ini menunjukkan bahwa SBY dianggap telah gagal untuk menangani kasus-kasus yang melibatkan kelompok-kelompok minoritas, seperti serangan terhadap

Menangkal “Serigala Nakal”

DPR akan membentuk Tim Pengawas Intelijen Negara. Tanpa wewenang luas mengakses operasi intelijen, pembentukan tim dinilai percuma. SUATU saat pada tahun kedua kekuasaannya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menelepon Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), Syamsir Siregar. Dalam percakapan dengan bos besar mata-mata itu, Presiden SBY mengatakan marah kepada seorang pembantunya, Menteri Sekretaris Negara, Yusril Ihza Mahendra. Pasalnya, Yusril dianggap menyalahgunakan izin cuti yang telah diberikan untuk mengurus masalah keluarga. Yusril malah melancong ke Singapura dan Vietnam. Presiden SBY meminta kepada Syamsir agar mengerahkan agen BIN untuk menguntit Yusril ke luar negeri sambil sesekali menjepret aktivitas bos Partai Bulan Bintang itu. Intel kemudian pulang dan melaporkan Yusril ternyata menemui seorang pebisnis Cina di Singapura. Kisah di atas diungkap seorang agen BIN kepada diplomat Amerika Serikat (AS). Diplomat itu lalu mengemasnya menjadi gosip politik tingkat

Prabowo 'Ngaku-ngaku' Keturunan Diponegoro

Asal-usul capres bagi masyarakat Indonesia masih penting. Ini terlihat dari kampanye kubu Prabowo yang menampilkan jagoannya sebagai keturunan dari trah yang membela Pangeran Diponegoro dalam Perang Jawa (1825-1830). Kubu Prabowo bahkan mengatakan capresnya memiliki bibit, bobot, dan bebet yang jelas dibanding rivalnya, Joko Widodo. Kubu Prabowo mengklaim jagoan mereka merupakan keturunan Raden Tumenggung Kertonegoro atau yang dikenal dengan “Panglima Banyakwide” dan Raden Mas Adipati Djojodiningrat. Keduanya adalah pembantu dekat Pangeran Diponegoro saat Perang Jawa melawan Kolonial Belanda berkecamuk. Banykawide dan Djojodiningrat berbesanan yang kemudian menurunkan cicit yang salah satunya adalah Raden Mas Margono Djojohadikusumo, ayah Sumitro Djojohadikusumo sekaligus kakek Prabowo Subianto. Silsilah inilah yang coba dieksplorasi kubu Prabowo dengan meluncurkan video bertajuk “Prabowo: Sang Patriot”. Dalam video tersebut, tampil juga sejarawan Inggris Peter Carey yang mengo