Skip to main content

Prabowo 'Ngaku-ngaku' Keturunan Diponegoro



Asal-usul capres bagi masyarakat Indonesia masih penting. Ini terlihat dari kampanye kubu Prabowo yang menampilkan jagoannya sebagai keturunan dari trah yang membela Pangeran Diponegoro dalam Perang Jawa (1825-1830). Kubu Prabowo bahkan mengatakan capresnya memiliki bibit, bobot, dan bebet yang jelas dibanding rivalnya, Joko Widodo.

Kubu Prabowo mengklaim jagoan mereka merupakan keturunan Raden Tumenggung Kertonegoro atau yang dikenal dengan “Panglima Banyakwide” dan Raden Mas Adipati Djojodiningrat. Keduanya adalah pembantu dekat Pangeran Diponegoro saat Perang Jawa melawan Kolonial Belanda berkecamuk. Banykawide dan Djojodiningrat berbesanan yang kemudian menurunkan cicit yang salah satunya adalah Raden Mas Margono Djojohadikusumo, ayah Sumitro Djojohadikusumo sekaligus kakek Prabowo Subianto.

Silsilah inilah yang coba dieksplorasi kubu Prabowo dengan meluncurkan video bertajuk “Prabowo: Sang Patriot”. Dalam video tersebut, tampil juga sejarawan Inggris Peter Carey yang mengonfirmasi klaim tersebut. Carey adalah sejawaran yang selama lebih dari 30 tahun meneliti Diponegoro. Selain itu, dalam sebuah acara kampanye, Prabowo tampil dengan menunggang kuda plus keris yang tersemat di pinggangnya, mirip Pangeran Diponegoro.

Carey belakangan mengungkapkan bahwa dia merasa pernyataannya dicatut dalam video tersebut secara di luar konteks. Dia tak tahu jika kutipan pernyataannya digunakan untuk menjadi propaganda politik meski dia mengakui kontribusi Yayasan Arsasi Djojohadikusumo--milik Hashim Djojohadikusumo--dalam penelitian dan penerbitan bukunya tentang Diponegoro.

Menurut Carey, sejarah amat kompleks untuk dijadikan alat propaganda politik. Dia pun mengungkap beberapa ironi. Bahwa kakek Prabowo, Margono Djojohadikusumo, dan keturunannya terlarang untuk menziarahi makam Tumenggung Banyakwide. Sebab, sebelum wafat, Banyakwide berwasiat agar keturunannya yang mengabdi kepada Belanda tidak boleh mendekati makamnya. Dan Margono meniti karir dalam pemerintahan kolonial. Kisah ini diceritakan sendiri oleh Margono dalam memoarnya.

Bahwa ayah Prabowo, Sumitro Djojohadikusumo, menikahi Dora Sigar, keturunan dari Benjamin Thomas Sigar, tetua klan terkemuka di Minahasa yang menjadi komandan pasukan bantuan Belanda saat menangkap Diponegoro. Ini juga diungkap dalam buku “Sumitro Djojohadikusumo: Patriot, Ekonom, dan Guru” karya Aristides Katoppo.

Selain persoalan di atas, ada sejumlah isu terkait peran Sumitro Djojohadikusumo, ayah Prabowo semasa orde lama. Sumitro, menurut sejarawan David Ransom, bersama Soedjatmoko berperan ‘mengundang’ masuknya modal asing, terutama Amerika Serikat, ke Indonesia dengan memanfaatkan rencana bantuan Amerika ke Eropa setelah Perang Dunia II atau yang dikenal dengan “Marshall Plan”

Comments

Popular posts from this blog

Surat Terbuka untuk Penulis dan Pembaca Mahasiswa Bicara

Kemarin, 4 Maret 2016, kami seluruh awak Mahasiswa Bicara merayakan sebuah perayaan kecil-kecilan. Disebut perayaan kecil-kecilan karena hanya bisa menyajikan kopi, rokok dan sedikit camilan. Kami merayakan usia Mahasiswa Bicara yang baru menginjak delapan bulan. Usia yang masih segar. Sebagaimana niat awal kami, MahasiswaBicara.com hadir sebagai tempat yang didedikasikan sepenuhnya untuk anda para penulis, komunitas, dan tentu saja bagi para pembaca. Niat tulus Ibil Ar Rambany, Erika Hidayanti dan Kemal Fuadi adalah modal yang paling berharga bagi perkembangan media ini. Tidak perlu memakai teori Plato tentang idea-idea dalam meyakinkan ketiga rekan saya untuk terlibat di Mahasiswa Bicara. Cukup dengan kepedulian dan kegelisahan bersama akan hadirnya ruang bagi para mahasiswa untuk menuangkan ide sudah menjadi tawaran yang patut. Sebut saja Ibil yang saya dapuk sebagai pemimpin redaksi adalah lelaki pekerja keras. Pria kelahiran Rembang, Jawa Tengah ini harus membagi waktu a

SBY Bapak Intoleransi

Memasuki hari-hari terakhir masa jabatan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, kelompok hak asasi Setara Institute menyoroti kegagalan dalam mempromosikan dan mempertahankan keharmonisan antara kelompok-kelompok agama di negara ini. Berdasarkan data lembaga itu, lebih dari 200 kasus yang berkaitan dengan intoleransi agama dilaporkan setiap tahun selama beberapa tahun terakhir, dan sebagian besar dari mereka tidak pernah diproses melalui jalur hukum. Laporan lain dari Wahid Institute, yang mempromosikan pluralisme dan Islam yang damai, melaporkan bahwa insiden tersebut telah meningkat selama 10 tahun masa bakti SBY. Laporan tersebut menunjukkan kasus intoleransi agama pada tahun 2012 tercatat sebesar 274, naik dari 267 pada tahun 2011 Pada tahun 2010, lembaga ini mencatat 184 kasus, sedangkan 121 kasus yang tercatat pada tahun 2009. Ini menunjukkan bahwa SBY dianggap telah gagal untuk menangani kasus-kasus yang melibatkan kelompok-kelompok minoritas, seperti serangan terhadap

Pagi Sayang….

Kenapa aku masih memanggil kamu dengan panggilan sayang?, karena perasaanku sampai detik ini masih memendam rasa sayang. Entah sampai kapan panggilan itu bakal hilang. Entahlah… Berat memang semua ini. Di saat hubungan ini berjalan lancar tiba-tiba mendadak tercerai-berai. Hubungan yang hampir empat bulan ini seakan sirna begitu cepat. Sedikit demi sedikit aku mencoba untuk memahami semua ini. Hingga pada akhirnya aku menemukan sebuah kesimpulan bahwa semua yang terjadi saat ini bukanlah spontanitas, tapi memang keadaan ini sudah direncanakan. Entah direncanakan Tuhan atau mungkin direncanakan oleh makhluk ciptaannya. Semalam, aku ingat betul apa yang kamu raikan tentang semua ini lewat telpon. Kurang lebih kamu bilang begini, ”Berat meninggalkan kamu Mas, apalagi aku sayang banget sama kamu,”. Sejujurnya, tak ada sedikitpun rasa senang dalam ucapanmu malam itu. Karena aku meyakini bahwa apa yang kamu bilang itu hanya sebuah retorika kosong. Retorika yang keluar dari keb