Skip to main content

Saat Kambing Hikmat Merayakan Idul Adha



Salah satu ibadah prinsip dalam Idul Adha adalah menyembelih hewan kurban. Bahkan berkurban dalam arti menyembelih hewan kurban adalah ibadah paling utama di hari raya Adha dan hari-hari tasyriq (11, 12, 13 Dzulhijjah). Rasulullah bersabda: “Tidaklah anak Adam beramal di hari Nahr (10 Dzulhijjah) yang paling dicintai Allah melebihi menumpahkan darah (berqurban). Qurban itu akan datang di hari Kiamat dengan tanduk, bulu dan kukunya. Dan sesungguhnya darah akan cepat sampai kepada Allah sebelum darah tersebut menetes ke bumi. Maka perbaikilah jiwa dengan berqurban” (HR At Tirmidzi).

Bagi masyarakat yang kurang mampu, kurban menjadi salah satu momen yang menggembirakan karena mereka bisa mendapatkan daging dengan gratis. Bagi mahasiswa rantau pun Idul Adha menjadi ajang untuk kumpul bersama sambil nyate-nyate ria. Rasanya tidak adil jika Idul Adha ini hanya mendengar kebahagiaan manusia saja.

Sebagai manusia yang berperikehewanan sudah selayaknya mendengar curhatan dari salah seekor kambing jantan terkait perasaannya dalam menyambut Idul Adha. Kebetulan, tak jauh dari lokasi masjid tempat saya salat ada seekor kambing kurban yang bersedia ditemui. Berikut petikan obrolan saya dengan kambing jantan yang saya temui.

Bing, sebentar lagi Anda akan dikurban. Bisa sedikit cerita tentang perasaan mu saat ini?

Jujur, dari kemarin saya merasa gelisah. Perasaan takut, waswas, sedih, semua campur aduk. Tapi, setelah saya simak baik-baik khotbah tadi bahwa esensi Idul Adha adalah semangat kehambaan yang kaffah kepada Allah, bukan kehambaan sepenggal-sepenggal, atau kehambaan musiman. Jadi, alhamdulillah sekarang saya lebih tenang dan sudah siap dipotong.

Super sekali jawaban Anda, Bing?

Kamu lebay, sebetulnya biasa aja sih jawabannya. Kamu tahu kan, saya ini sejak lahir merupakan hewan ternak, bila saatnya tiba saya pasti akan mati untuk kepentingan manusia. Saya sadar diri kok, sejak kecil atau sejak orang tua saya masih hidup, saya selalu diberi makan dan diasuh oleh manusia, jadi saya ikhlas dan ridho apabila mati untuk kebutuhan manusia.

Sepakat saya, Bing. Anda betul-betul sadar diri…

Oh iya dong, apalagi Idul Adha ini merupakan momentum yang baik untuk berbagi, masyarakat yang belum pernah menikmati makan daging akan merasakannya di hari ini. Masih untung saya meninggal di hari yang berkah ini, coba kalau melihat kambing-kambing lain yang dipotong saat harga daging melonjak, sudah dagingnya nggak laku, pembelinya apalagi menggerutu mulu. Jadi, saya bersyukur waktu pemotongan saya jatuh pada hari ini.

Bing, kata Menteri Pertanian tahun ini ada peningkatan permintaan untuk hewan sejenis anda?

Kayaknya sih begitu, soalnya hasil dari obrolan dengan kambing-kambing se-jabodetabek beberapa hari yang lalu permintaan kambing melonjak. Kalau untuk kepastiannya tanyakan langsung ke Mentan.

Berdasarkan data dari Kementan, hewan-hewan macam Anda berada dalam kondisi sehat, aman dan layak untuk dikonsumsi. Apakah benar seperti itu, Bing?

Insya Allah benar, karena dari pengawasan kesehatan hewan yang sudah dilakukan sejak H-10 tidak ditemukan indikasi adanya penyakit zoonosis, khususnya anthrax. Kemaren saya juga dapat pemberitahuan dari kementan ada 93.817 jenis kambing untuk kurban di Jabodetabek dinyatakan sehat dan layak untuk dikonsumsi. Nah, untuk menjamin keamanan dan kelayakan hewan kurban, Kementan juga telah menerjunkan 100 dokter hewan ke lapangan. 70 petugas dari dinas pertanian provinsi, 582 petugas dari dinas pertanian kabupaten/kota, 568 mahasiswa, dan 30 dosen juga ikut membantu pengawasan kesehatan hewan. Jadi, jangan ragu untuk menikmati daging saya.

Saya sempat mendengar sebelumnya bahwa kaum sapi sedikit cemas dengan harga yang makin tinggi, takut tidak laku terjual saat kurban?

Iya betul. Harga sapi makin mahal, saya merasa kasihan. Aliansi kambing kurban se-Jabodetabek juga merasa bingung dengan mahalnya harga sapi. Banyak orang yang enggan membeli sapi. Ada trend baru, manusia lebih mencari kambing ketimbang sapi. Saya dengar di kalangan sapi sendiri, harga mahal cukup membanggakan. Tapi kalau terlalu mahal sampai tidak ada yang beli, identitas sapi sebagai sapi potong ternak bisa dipertanyakan, bahkan bisa terjadi krisis eksistensialisme diri pada sapi. Kami sebagai kambing cukup bersyukur karena permainan harganya tidak terlalu parah seperti para ayam. Melonjak tinggi kemudian jatuh seketika. Ada beberapa teman unggas saya yang dimusnahkan karena dianggap kelebihan suplai. Kasihan, padahal bukan salah mereka hidup kan? Pemerintah dan peternaknya saja yang sistem dan manajemennya kurang baik.

Berarti ada kecurangan yang terjadi dalam mekanisme harga sapi?

Wah, soal itu, saya kurang mengerti. Pertama, saya bukan sapi. Kedua, saya kambing yang tidak mengenyam bangku sekolah. Jadi harap maklum kalau saya tidak tahu perkara sapi. Alangkah baiknya tanya langsung ke si sapi.

Karena waktu pemotongan anda sebentar lagi akan dimulai. Pertanyaan terakhir untuk Anda, apa harapanmu, Bing, untuk kurban tahun ini?

Tentu ditengah krisis yang terjadi di negeri ini harapan saya tidak muluk-muluk. Saya berharap semoga dikurbankannya saya ini sedikit meringankan beban negara. Apalagi membawa berkah dan kebahagiaan bagi mereka yang membutuhkan. Itu saja.

Oke, terimakasih Bing atas waktunya?

Sama-sama.

Semoga Tuhan mengampuni dosa-dosamu, Bing?

Amin…

***

Sontak, saya pun tersadar ternyata obrolan dengan kambing hanyalah mimpi saat khotbah disampaikan. Selamat merayakan Idul Adha 1436 H. (MahasiswaBicara.com)

Comments

Popular posts from this blog

Surat Terbuka untuk Penulis dan Pembaca Mahasiswa Bicara

Kemarin, 4 Maret 2016, kami seluruh awak Mahasiswa Bicara merayakan sebuah perayaan kecil-kecilan. Disebut perayaan kecil-kecilan karena hanya bisa menyajikan kopi, rokok dan sedikit camilan. Kami merayakan usia Mahasiswa Bicara yang baru menginjak delapan bulan. Usia yang masih segar. Sebagaimana niat awal kami, MahasiswaBicara.com hadir sebagai tempat yang didedikasikan sepenuhnya untuk anda para penulis, komunitas, dan tentu saja bagi para pembaca. Niat tulus Ibil Ar Rambany, Erika Hidayanti dan Kemal Fuadi adalah modal yang paling berharga bagi perkembangan media ini. Tidak perlu memakai teori Plato tentang idea-idea dalam meyakinkan ketiga rekan saya untuk terlibat di Mahasiswa Bicara. Cukup dengan kepedulian dan kegelisahan bersama akan hadirnya ruang bagi para mahasiswa untuk menuangkan ide sudah menjadi tawaran yang patut. Sebut saja Ibil yang saya dapuk sebagai pemimpin redaksi adalah lelaki pekerja keras. Pria kelahiran Rembang, Jawa Tengah ini harus membagi waktu a

SBY Bapak Intoleransi

Memasuki hari-hari terakhir masa jabatan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, kelompok hak asasi Setara Institute menyoroti kegagalan dalam mempromosikan dan mempertahankan keharmonisan antara kelompok-kelompok agama di negara ini. Berdasarkan data lembaga itu, lebih dari 200 kasus yang berkaitan dengan intoleransi agama dilaporkan setiap tahun selama beberapa tahun terakhir, dan sebagian besar dari mereka tidak pernah diproses melalui jalur hukum. Laporan lain dari Wahid Institute, yang mempromosikan pluralisme dan Islam yang damai, melaporkan bahwa insiden tersebut telah meningkat selama 10 tahun masa bakti SBY. Laporan tersebut menunjukkan kasus intoleransi agama pada tahun 2012 tercatat sebesar 274, naik dari 267 pada tahun 2011 Pada tahun 2010, lembaga ini mencatat 184 kasus, sedangkan 121 kasus yang tercatat pada tahun 2009. Ini menunjukkan bahwa SBY dianggap telah gagal untuk menangani kasus-kasus yang melibatkan kelompok-kelompok minoritas, seperti serangan terhadap

Pagi Sayang….

Kenapa aku masih memanggil kamu dengan panggilan sayang?, karena perasaanku sampai detik ini masih memendam rasa sayang. Entah sampai kapan panggilan itu bakal hilang. Entahlah… Berat memang semua ini. Di saat hubungan ini berjalan lancar tiba-tiba mendadak tercerai-berai. Hubungan yang hampir empat bulan ini seakan sirna begitu cepat. Sedikit demi sedikit aku mencoba untuk memahami semua ini. Hingga pada akhirnya aku menemukan sebuah kesimpulan bahwa semua yang terjadi saat ini bukanlah spontanitas, tapi memang keadaan ini sudah direncanakan. Entah direncanakan Tuhan atau mungkin direncanakan oleh makhluk ciptaannya. Semalam, aku ingat betul apa yang kamu raikan tentang semua ini lewat telpon. Kurang lebih kamu bilang begini, ”Berat meninggalkan kamu Mas, apalagi aku sayang banget sama kamu,”. Sejujurnya, tak ada sedikitpun rasa senang dalam ucapanmu malam itu. Karena aku meyakini bahwa apa yang kamu bilang itu hanya sebuah retorika kosong. Retorika yang keluar dari keb