Skip to main content

Tidur Pagi



Tidur pagi adalah sebaik-baiknya tidur. Kalau tidak percaya, cobalah rasakan sensasinya tidur pagi.

Meski sesekali pernah punya keinginan kuat untuk bisa tidur pada malam hari dengan segala macam cara, usaha itu benar-benar sirna begitu saja tanpa ada penyesalan sedikitpun. Ingin sekali menikmati malam dengan berbaring sambil memejamkankan mata. Tak perlu dibumbui mimpi pun tak apa. Semuanya akan tetap nikmat jika itu benar-benar terjadi.

Kata orang, ini musibah. Tapi bagiku tidur pagi adalah berkah atau mungkin anugerah. Nggak peduli kata orang soal 'tidur pagi rejekinya dipatok ayam'. Ah, itu kata orang yang menganggapnya musibah.

Sampai detik ini pun aku lupa kapan terakhir bangun pagi. Lagi-lagi ini sebuah pilihan. Aku lebih memilih untuk tidur pagi. Aku nggak peduli bahwa pagi adalah waktu untuk bekerja. Aku nggak peduli soal hasil riset tentang bahaya tidur pagi. Aku nggak peduli ucapan selamat pagi yang manis dari kekasih. Aku nggak peduli dengan agenda yang diadakan di pagi hari. Aku hanya ingin tidur pagi tidak terganggu.

Egoiskah aku? Tidak. Karena dari 24 jam sehari aku lebih memilih pagi untuk merebahkan raga. Adilkah aku? Ya. Justru aku sudah berbuat adil. Hanya waktu saja yang membedakan. Masih ada yang salah?

Ya, aku tetap saja salah dimata orang-orang yang suka bangun pagi. Dituduh pemalas atau apalah yang mendakwa tidur pagi adalah kegiatan yang tak patut ditiru. Atau mungkin dituduh sebagai kegiatan haram.

Ah, peduli amat sama mereka. Itu hanya orang-orang yang belum merasakan nikmatnya tidur pagi saja. Bagiku ini perkara cara menikmati pagi. Kalau mereka menikmati pagi dengan beraktifitas, dan aku menikmatinya dengan tidur.

Karena tidur pagi bukan sebuah persoalan yang harus diperdebatkan. Tapi sebuah upaya untuk mereka rasakan.

Comments

Popular posts from this blog

Surat Terbuka untuk Penulis dan Pembaca Mahasiswa Bicara

Kemarin, 4 Maret 2016, kami seluruh awak Mahasiswa Bicara merayakan sebuah perayaan kecil-kecilan. Disebut perayaan kecil-kecilan karena hanya bisa menyajikan kopi, rokok dan sedikit camilan. Kami merayakan usia Mahasiswa Bicara yang baru menginjak delapan bulan. Usia yang masih segar. Sebagaimana niat awal kami, MahasiswaBicara.com hadir sebagai tempat yang didedikasikan sepenuhnya untuk anda para penulis, komunitas, dan tentu saja bagi para pembaca. Niat tulus Ibil Ar Rambany, Erika Hidayanti dan Kemal Fuadi adalah modal yang paling berharga bagi perkembangan media ini. Tidak perlu memakai teori Plato tentang idea-idea dalam meyakinkan ketiga rekan saya untuk terlibat di Mahasiswa Bicara. Cukup dengan kepedulian dan kegelisahan bersama akan hadirnya ruang bagi para mahasiswa untuk menuangkan ide sudah menjadi tawaran yang patut. Sebut saja Ibil yang saya dapuk sebagai pemimpin redaksi adalah lelaki pekerja keras. Pria kelahiran Rembang, Jawa Tengah ini harus membagi waktu a

SBY Bapak Intoleransi

Memasuki hari-hari terakhir masa jabatan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, kelompok hak asasi Setara Institute menyoroti kegagalan dalam mempromosikan dan mempertahankan keharmonisan antara kelompok-kelompok agama di negara ini. Berdasarkan data lembaga itu, lebih dari 200 kasus yang berkaitan dengan intoleransi agama dilaporkan setiap tahun selama beberapa tahun terakhir, dan sebagian besar dari mereka tidak pernah diproses melalui jalur hukum. Laporan lain dari Wahid Institute, yang mempromosikan pluralisme dan Islam yang damai, melaporkan bahwa insiden tersebut telah meningkat selama 10 tahun masa bakti SBY. Laporan tersebut menunjukkan kasus intoleransi agama pada tahun 2012 tercatat sebesar 274, naik dari 267 pada tahun 2011 Pada tahun 2010, lembaga ini mencatat 184 kasus, sedangkan 121 kasus yang tercatat pada tahun 2009. Ini menunjukkan bahwa SBY dianggap telah gagal untuk menangani kasus-kasus yang melibatkan kelompok-kelompok minoritas, seperti serangan terhadap

Pagi Sayang….

Kenapa aku masih memanggil kamu dengan panggilan sayang?, karena perasaanku sampai detik ini masih memendam rasa sayang. Entah sampai kapan panggilan itu bakal hilang. Entahlah… Berat memang semua ini. Di saat hubungan ini berjalan lancar tiba-tiba mendadak tercerai-berai. Hubungan yang hampir empat bulan ini seakan sirna begitu cepat. Sedikit demi sedikit aku mencoba untuk memahami semua ini. Hingga pada akhirnya aku menemukan sebuah kesimpulan bahwa semua yang terjadi saat ini bukanlah spontanitas, tapi memang keadaan ini sudah direncanakan. Entah direncanakan Tuhan atau mungkin direncanakan oleh makhluk ciptaannya. Semalam, aku ingat betul apa yang kamu raikan tentang semua ini lewat telpon. Kurang lebih kamu bilang begini, ”Berat meninggalkan kamu Mas, apalagi aku sayang banget sama kamu,”. Sejujurnya, tak ada sedikitpun rasa senang dalam ucapanmu malam itu. Karena aku meyakini bahwa apa yang kamu bilang itu hanya sebuah retorika kosong. Retorika yang keluar dari keb