Skip to main content

Lima Tipe Aktivis Kekinian



Bagi sebagian orang, label aktivis sama sekali tak bermakna apa-apa. Apalah arti sebuah nama, begitu kata Shakespare. Tapi bagi sebagian orang lagi, aktivis itu sakral, suci dan penuh dengan amanat rakyat.

Aktivis mulutnya sering berbusa kala menyampaikan beribu-ribu kata dalam orasinya. Mampu berdiri di atas podium berteriak dengan lantang. Pantang mundur meski dikepung. Jiwanya selalu tersulut jika ada penindasan dimana-mana.

Ah, itu dulu, sekarang aktivis udah beda. Zaman udah berubah, aktivis sekarang udah kekinian. Saking kekiniannya, penulis merangkum beberapa tipe aktivis yang dianggap kekinian. Apa saja?

1. Aktivis Facebook

Facebook bagi kalangan aktivis dirasa memiliki kekuatan tersendiri. Tak perlu panas-panasan tapi punya jangkaun dan kecepatan yang luar biasa. Tipe macam ini memanfaatkan Facebook sebagai ruang buat menuangkan kritik, gagasan, cacian, rayuan atau segala bentuk apapun demi membela rakyat yang tertindas dengan harapan statusnya mendapatkan ‘like’ banyak. Entah idenya dari ngutip sana-sini yang penting di-like banyak orang.

Aktivis Facebook ini bak sebuah evolusi dari manusia setengah Jonru. Sungguh kepintarannya tiada ampun dan tiada tara. Saking pintarnya, semua pengamat, kritikus bahkan tokoh agama ia libas dengan statusnya yang maha intelek nan kritis.

2. Aktivis Twitter

Banyak aktivis berpikir keras demi memanfaatkan 140 karakter. Tipe aktivis ini percaya banget kalau lewat burung biru bisa melakukan perubahan yang tentunya ‘revolusioner’. Saking kerasnya mikir, aktivis model ini merasa gembira jika status inteleknya di retweet banyak orang. Tak jarang, biar dilihat keren seringkali memaksa temannya untuk ngeretweet. Atau sudah meyiapkan akun anonim yang sengaja dibuat untuk jaga-jaga bila tak ada yang ngeretweet.

Jika kalian masuk dalam kategori ini, segeralah kumpulkan uang, datangi rumah Al Mukarrom Jonru. Karena baru-baru ini ada sebuah ungkapan, “bergurulah pada Jonru, maka kau akan menguasai si burung biru”.

3. Aktivis BBM

Eitt… BBM yang dimaksud bukan Bahan Bakar Minyak. Tapi aplikasi Blackberry Messenger. Banyak cara untuk menunjukan eksistensi sebagai aktivis. Model yang kayak gini rajin banget mengganti status BBMnya dengan quote-quote kritik terhadap pemerintah. Semua kebijakan pemerintah dianggap negatif. Jika dirasa tak puas, aktivis macam ini memanfaatkan fitur broadcast demi memastikan kritik yang super tajamnya itu dibaca rekan-rekan di kontak BBM.

Tak jarang, tipe aktivis ini sering kehabisan baterai karena sibuk membalas BBM yang masuk.

4. Aktivis Whatsapp

Kalau punya hape canggih rasanya kurang greget kalau nggak punya fitur whatsapp. Apalagi dirinya aktivis. Bisa-bisa hancur reputasinya gara-gara dibilang aktivis gaptek. Tapi kalau udah nginstal whatshap, mulai deh. Semua group berbau pergerakan dibuat. Segala macam bentuk gagasan kritisnya ia share ke group. Semua rencana aksi dibicarakan di group. Baginya group adalah nafas. Nafas yang selalu ada dalam setiap persoalan bangsa.

5. Aktivis Petisi

Zaman sudah canggih, tak perlu mengumpulkan orang-orang di lapangan terbuka untuk menandatangani petisi. Cukup nyari di google, platform petisi online sudah tersedia. Aktivis semacam ini biasanya update soal isu-isu yang ramai diperbincangkan. Agar suaranya tersampaikan, petisi pun dibuat secepat mungkin. Perkara yang lain mah belakangan yang penting petisinya didukung banyak orang. Aktivis semacam ini wajib kita doakan agar terus progresif, kritis, dan Ideologis. Tetap rajin membela rakyat meski lewat petisi. Dan tetap berpegang teguh pada ideologi kiri sampai mati.

Itulah kelima tipe mahasiswa kekinian. Tetap lantang meski dalam kos-kosan.

(MahasiswaBicara.com)

Comments

  1. Segera daftarkan diri anda dan bermainlah di Agen Poker, Domino, Ceme dan capsa Susun Nomor Satu di Indonesia AGENPOKER(COM)
    Jadilah jutawan hanya dengan modal 10.000 rupiah sekarang juga !

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Surat Terbuka untuk Penulis dan Pembaca Mahasiswa Bicara

Kemarin, 4 Maret 2016, kami seluruh awak Mahasiswa Bicara merayakan sebuah perayaan kecil-kecilan. Disebut perayaan kecil-kecilan karena hanya bisa menyajikan kopi, rokok dan sedikit camilan. Kami merayakan usia Mahasiswa Bicara yang baru menginjak delapan bulan. Usia yang masih segar. Sebagaimana niat awal kami, MahasiswaBicara.com hadir sebagai tempat yang didedikasikan sepenuhnya untuk anda para penulis, komunitas, dan tentu saja bagi para pembaca. Niat tulus Ibil Ar Rambany, Erika Hidayanti dan Kemal Fuadi adalah modal yang paling berharga bagi perkembangan media ini. Tidak perlu memakai teori Plato tentang idea-idea dalam meyakinkan ketiga rekan saya untuk terlibat di Mahasiswa Bicara. Cukup dengan kepedulian dan kegelisahan bersama akan hadirnya ruang bagi para mahasiswa untuk menuangkan ide sudah menjadi tawaran yang patut. Sebut saja Ibil yang saya dapuk sebagai pemimpin redaksi adalah lelaki pekerja keras. Pria kelahiran Rembang, Jawa Tengah ini harus membagi waktu a

SBY Bapak Intoleransi

Memasuki hari-hari terakhir masa jabatan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, kelompok hak asasi Setara Institute menyoroti kegagalan dalam mempromosikan dan mempertahankan keharmonisan antara kelompok-kelompok agama di negara ini. Berdasarkan data lembaga itu, lebih dari 200 kasus yang berkaitan dengan intoleransi agama dilaporkan setiap tahun selama beberapa tahun terakhir, dan sebagian besar dari mereka tidak pernah diproses melalui jalur hukum. Laporan lain dari Wahid Institute, yang mempromosikan pluralisme dan Islam yang damai, melaporkan bahwa insiden tersebut telah meningkat selama 10 tahun masa bakti SBY. Laporan tersebut menunjukkan kasus intoleransi agama pada tahun 2012 tercatat sebesar 274, naik dari 267 pada tahun 2011 Pada tahun 2010, lembaga ini mencatat 184 kasus, sedangkan 121 kasus yang tercatat pada tahun 2009. Ini menunjukkan bahwa SBY dianggap telah gagal untuk menangani kasus-kasus yang melibatkan kelompok-kelompok minoritas, seperti serangan terhadap

Pagi Sayang….

Kenapa aku masih memanggil kamu dengan panggilan sayang?, karena perasaanku sampai detik ini masih memendam rasa sayang. Entah sampai kapan panggilan itu bakal hilang. Entahlah… Berat memang semua ini. Di saat hubungan ini berjalan lancar tiba-tiba mendadak tercerai-berai. Hubungan yang hampir empat bulan ini seakan sirna begitu cepat. Sedikit demi sedikit aku mencoba untuk memahami semua ini. Hingga pada akhirnya aku menemukan sebuah kesimpulan bahwa semua yang terjadi saat ini bukanlah spontanitas, tapi memang keadaan ini sudah direncanakan. Entah direncanakan Tuhan atau mungkin direncanakan oleh makhluk ciptaannya. Semalam, aku ingat betul apa yang kamu raikan tentang semua ini lewat telpon. Kurang lebih kamu bilang begini, ”Berat meninggalkan kamu Mas, apalagi aku sayang banget sama kamu,”. Sejujurnya, tak ada sedikitpun rasa senang dalam ucapanmu malam itu. Karena aku meyakini bahwa apa yang kamu bilang itu hanya sebuah retorika kosong. Retorika yang keluar dari keb