Skip to main content

Nikmat Mahasiswa Akhir Mana Lagi yang Kalian Dustakan?



Secara konstitusi, Indonesia memang sudah merdeka. Namun, bagi mahasiswa semester akhir kemerdekaan itu masih omong kosong. Selama penjajahan di atas bangku kuliah belum dirampungkan, istilah kemerdekaan masih jadi angan-angan. Maka, bila ada pertanyaan kapan wisuda, itulah penjajahan gaya baru yang amat sangat menyakitkan.

Kita semua sepakat, di dalam kuliah yang sehat terdapat wisuda yang tepat. Lantas apakah mahasiswa yang wisudanya telat dikatakan sakit? Tidak. Hanya saja mereka masih belum disetujuinya judul skripsi karena nunggak nilai matakuliah yang belum diganti. Atau belum menemukan dosen pembimbing yang cantic dan baik hati.

Di awal seneng, di akhir menderita. Begitulah kehidupan mahasiswa tingkat akhir. Coba kalian bayangkan gimana rasanya jadi mahasiswa tingkat akhir. Semua kesenangan, berujung menjadi penderitaan.

Apalagi menyandang status mahasiswa tingkat akhir kerasa banget sepinya. Mau makan, sendiri. Mau nongkrong, sendiri. Bahkan, kerja kelompok pun sendiri. Karena sekelas sama anak-anak baru, jadi orang asing sendirian di kelas.

Tapi saya yakin, ada pengertian yang lebih mendalam selain buru-buru menyelesaikan skripsi. Hanya mahasiswa semester akhir dan Tuhanlah yang tahu.

Kalau menilik jauh ke belakang, saya yakin bagi mereka menjadi seorang mahasiswa memang begitu menyenangkan. Punya titel yang sangat keren. Selain berkecimpung dengan dunia akademik, mahasiswa juga bisa mengkritisi keadaan sekitar dengan turun ke jalan untuk menyuarakan aspirasi rakyat.

Akan tetapi, kenyataannya menjadi lain saat menyandang status mahasiswa semester akhir. Semuanya terbalik. Sama seperti sabar, menjadi mahasiswa juga ada batasnya. Begitulah nasib mahasiswa semester akhir, ‘lulus segan skripsi tak akan mau’.

Pertanyaannya, mau sampai kapan kalian menyandang mahasiswa, kawan? Ingat lho, setiap tahunnya, akan ada ratusan mahasiswa baru di jurusan yang sama. Keberadaan kalian semakin tergusur dari peredaran kampus. Semakin lama kalian mempertahankan predikat sebagai mahasiswa, semakin banyak pula teman-teman yang pergi meninggalkanmu untuk menapaki kehidupan selanjutnya.

Kalau sudah begitu, ke kampus pun serasa hampa. So, mulailah kalian kuatkan tekad untuk menghentikan masa keabadian sebagai mahasiswa. Namun, lagi-lagi ada saja alasan yang diutarakan oleh mahasiswa semester akhir sebagai pembelaannya.

“Ah tinggal skripsi ini, santai ajalah”

“Masih ada satu semester lagi, nggak usah buru-buru kayak besok mau kawin aja”

“Emang kalo buru-buru lulus yakin langsung dapet kerja?”

“Lulus sih gampang, cari kerja aja dulu. Kan tujuan kuliah nyari kerja”

Mahasiswa semester akhir mesti segera menyelesaikan studi sebagai bekal dalam mengarungi dunia kerja yang jauh lebih kejam daripada ospek di kampus tercinta. Minimal mahasiswa semester akhir sadar bahwa Indonesia sangat membutuhkan kalian untuk hari esok. Mahasiswa dituntut untuk berkontribusi buat negeri ini.

Apa kontribusi mahasiswa? Kalau menurut bapak proklamator Soekarno ‘Seribu orang tua hanya bisa bermimpi, satu pemuda dapat mengubah dunia’. Mahasiswa tak perlu ekstrim atau berlaku besar untuk berkontribusi kepada negeri ini. Indonesia hanya butuh kontribusi kecil yang bisa menghasilkan hasil besar dan bisa dirasakan oleh masyarakat.

Sekali lagi, menjadi mahasiswa tingkat akhir adalah hak di segala kampus. Oleh sebab itu pertanyaan kapan lulus pun wajib disampaikan. (MahasiswaBicara.com)

Comments

Popular posts from this blog

Surat Terbuka untuk Penulis dan Pembaca Mahasiswa Bicara

Kemarin, 4 Maret 2016, kami seluruh awak Mahasiswa Bicara merayakan sebuah perayaan kecil-kecilan. Disebut perayaan kecil-kecilan karena hanya bisa menyajikan kopi, rokok dan sedikit camilan. Kami merayakan usia Mahasiswa Bicara yang baru menginjak delapan bulan. Usia yang masih segar. Sebagaimana niat awal kami, MahasiswaBicara.com hadir sebagai tempat yang didedikasikan sepenuhnya untuk anda para penulis, komunitas, dan tentu saja bagi para pembaca. Niat tulus Ibil Ar Rambany, Erika Hidayanti dan Kemal Fuadi adalah modal yang paling berharga bagi perkembangan media ini. Tidak perlu memakai teori Plato tentang idea-idea dalam meyakinkan ketiga rekan saya untuk terlibat di Mahasiswa Bicara. Cukup dengan kepedulian dan kegelisahan bersama akan hadirnya ruang bagi para mahasiswa untuk menuangkan ide sudah menjadi tawaran yang patut. Sebut saja Ibil yang saya dapuk sebagai pemimpin redaksi adalah lelaki pekerja keras. Pria kelahiran Rembang, Jawa Tengah ini harus membagi waktu a

SBY Bapak Intoleransi

Memasuki hari-hari terakhir masa jabatan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, kelompok hak asasi Setara Institute menyoroti kegagalan dalam mempromosikan dan mempertahankan keharmonisan antara kelompok-kelompok agama di negara ini. Berdasarkan data lembaga itu, lebih dari 200 kasus yang berkaitan dengan intoleransi agama dilaporkan setiap tahun selama beberapa tahun terakhir, dan sebagian besar dari mereka tidak pernah diproses melalui jalur hukum. Laporan lain dari Wahid Institute, yang mempromosikan pluralisme dan Islam yang damai, melaporkan bahwa insiden tersebut telah meningkat selama 10 tahun masa bakti SBY. Laporan tersebut menunjukkan kasus intoleransi agama pada tahun 2012 tercatat sebesar 274, naik dari 267 pada tahun 2011 Pada tahun 2010, lembaga ini mencatat 184 kasus, sedangkan 121 kasus yang tercatat pada tahun 2009. Ini menunjukkan bahwa SBY dianggap telah gagal untuk menangani kasus-kasus yang melibatkan kelompok-kelompok minoritas, seperti serangan terhadap

Pagi Sayang….

Kenapa aku masih memanggil kamu dengan panggilan sayang?, karena perasaanku sampai detik ini masih memendam rasa sayang. Entah sampai kapan panggilan itu bakal hilang. Entahlah… Berat memang semua ini. Di saat hubungan ini berjalan lancar tiba-tiba mendadak tercerai-berai. Hubungan yang hampir empat bulan ini seakan sirna begitu cepat. Sedikit demi sedikit aku mencoba untuk memahami semua ini. Hingga pada akhirnya aku menemukan sebuah kesimpulan bahwa semua yang terjadi saat ini bukanlah spontanitas, tapi memang keadaan ini sudah direncanakan. Entah direncanakan Tuhan atau mungkin direncanakan oleh makhluk ciptaannya. Semalam, aku ingat betul apa yang kamu raikan tentang semua ini lewat telpon. Kurang lebih kamu bilang begini, ”Berat meninggalkan kamu Mas, apalagi aku sayang banget sama kamu,”. Sejujurnya, tak ada sedikitpun rasa senang dalam ucapanmu malam itu. Karena aku meyakini bahwa apa yang kamu bilang itu hanya sebuah retorika kosong. Retorika yang keluar dari keb