Skip to main content

Masyarakat Terlalu Gaduh Menanggapi Website Revolusi Mental



Baru-baru ini, website www.revolusimental.go.id menjadi pergunjingan panas dikalangan masyarakat. Website yang belum lama diluncurkan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Puan Maharani itu mendadak tidak bisa diakses.

“Mohon maaf, karena antusiasme masyarakat yang begitu tinggi, server kami mengalami overload. Untuk itu, kami sedang dalam proses upgrade server. Terima kasih untuk dukungan dan partisipasinya. Salam Revolusi Mental!” tulis dalam website tersebut.

Sontak, publik pun dibuat gaduh atas pemberitaan itu. Belum lagi perhatian masyarakat lebih mengerucut pada anggaran yang katanya bernilai fantastis. Ada yang menyebutkan bahwa proyek pengadaan website tersebut menelan anggaran senilai Rp149 milyar.

Bahkan salah satu anggota dewan sempat berujar, ‘daripada anggarannya Rp 149 miliar hanya digunakan untuk membuat website, lebih baik perbaiki dulu menterinya’. Betul. Tapi sepertinya perkara website ini perlu dikonfirmasi ulang, Apakah memang benar Rp149 miliar ini hanya diperuntukkan untuk pembuatan website, atau diperuntukkan untuk melaksanakan program revolusi mental.

Kalau anggaran itu hanya untuk pembuatan website saja, jelas sangat mahal. Namun, jika anggarannya sekaligus menjadi bagian dari program revolusi mental sebagaimana cita-cita Jokowi, sah-sah saja dan cukup masuk akal.

Dalam keterangan Kemenko PMK sebenarnya sudah jelas, anggaran Rp149 milyar merupakan anggaran proyek revolusi mental secara keseluruhan.

Apa program keseluruhan revolusi mental itu? Program dari revolusi mental itu berupa sosialisasi pengadaan iklan, film, serta dialog publik. Adapun pengadaan website, merupakan bagian dari program lainnya seperti penyusunan buku landasan Filosofis Revolusi Mental, buku Saku Revolusi Mental, Majalah Revolusi Mental serta Website Revolusi Mental yang diintegrasikan dengan media sosial.

Lantas, siapa pengelola anggarannya? Pengelolaan anggaran ini berada di bawah Kemenko PMK yang dipimpin Puan Maharani. Bagaimana pelaksanaannya? Karena anggarannya di bawah Kemenko PMK otomatis akan dibagikan kepada kementerian-kementerian terkait, seperti Kementerian Sosial, Kementerian Agama, atau kementerian lainnya yang berkaitan dengan pendidikan.

Kemenko PMK juga sudah mengklaim bahwa pencairan anggaran Rp149 miliar itu harus melalui proses dan tahapan yang membutuhkan waktu, misalnya persetujuan dari Menteri Keuangan. Pencairan anggaran pun diperkirakan baru bisa dilakukan pada beberapa pekan ke depan. Lagipula website yang baru diluncurkan kemarin masih dalam tahap uji coba, anggarannya juga belum turun.

Soal tampilannya yang mirip website Obama bagi saya wajar saja, apa yang salah? Yang salah hanya pola pikir kita saja yang terlalu suudzon pada pemerintah. Coba tanya, adakah yang bilang website Obama itu jelek? Justru banyak orang yang bilang kalau website Obama itu keren. Salah gitu jika meniru website yang keren?

Saya kira terlalu lebay jika media nasional maupun para netizen terus memberitakan dan menganggap hal ini sebagai permasalahan besar. Sudah jelas, namanya juga revolusi, segala sesuatunya tidak bisa didapat dengan instan.

Saya lebih sepakat jika media maupun netizen bersama-sama mencarikan solusi bagaimana mengatasi rupiah yang terus melemah. Pedagang-pedagang di pasar terus menjerit. Bila perlu melakukan doa 40 hari berturut-turut sebagaimana saran dari Ustad Yusuf Mansyur, ya lakukanlah. Daripada ramai-ramai mencaci pemerintah tanpa memberikan solusi.

Comments

Popular posts from this blog

Surat Terbuka untuk Penulis dan Pembaca Mahasiswa Bicara

Kemarin, 4 Maret 2016, kami seluruh awak Mahasiswa Bicara merayakan sebuah perayaan kecil-kecilan. Disebut perayaan kecil-kecilan karena hanya bisa menyajikan kopi, rokok dan sedikit camilan. Kami merayakan usia Mahasiswa Bicara yang baru menginjak delapan bulan. Usia yang masih segar. Sebagaimana niat awal kami, MahasiswaBicara.com hadir sebagai tempat yang didedikasikan sepenuhnya untuk anda para penulis, komunitas, dan tentu saja bagi para pembaca. Niat tulus Ibil Ar Rambany, Erika Hidayanti dan Kemal Fuadi adalah modal yang paling berharga bagi perkembangan media ini. Tidak perlu memakai teori Plato tentang idea-idea dalam meyakinkan ketiga rekan saya untuk terlibat di Mahasiswa Bicara. Cukup dengan kepedulian dan kegelisahan bersama akan hadirnya ruang bagi para mahasiswa untuk menuangkan ide sudah menjadi tawaran yang patut. Sebut saja Ibil yang saya dapuk sebagai pemimpin redaksi adalah lelaki pekerja keras. Pria kelahiran Rembang, Jawa Tengah ini harus membagi waktu a

SBY Bapak Intoleransi

Memasuki hari-hari terakhir masa jabatan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, kelompok hak asasi Setara Institute menyoroti kegagalan dalam mempromosikan dan mempertahankan keharmonisan antara kelompok-kelompok agama di negara ini. Berdasarkan data lembaga itu, lebih dari 200 kasus yang berkaitan dengan intoleransi agama dilaporkan setiap tahun selama beberapa tahun terakhir, dan sebagian besar dari mereka tidak pernah diproses melalui jalur hukum. Laporan lain dari Wahid Institute, yang mempromosikan pluralisme dan Islam yang damai, melaporkan bahwa insiden tersebut telah meningkat selama 10 tahun masa bakti SBY. Laporan tersebut menunjukkan kasus intoleransi agama pada tahun 2012 tercatat sebesar 274, naik dari 267 pada tahun 2011 Pada tahun 2010, lembaga ini mencatat 184 kasus, sedangkan 121 kasus yang tercatat pada tahun 2009. Ini menunjukkan bahwa SBY dianggap telah gagal untuk menangani kasus-kasus yang melibatkan kelompok-kelompok minoritas, seperti serangan terhadap

Pagi Sayang….

Kenapa aku masih memanggil kamu dengan panggilan sayang?, karena perasaanku sampai detik ini masih memendam rasa sayang. Entah sampai kapan panggilan itu bakal hilang. Entahlah… Berat memang semua ini. Di saat hubungan ini berjalan lancar tiba-tiba mendadak tercerai-berai. Hubungan yang hampir empat bulan ini seakan sirna begitu cepat. Sedikit demi sedikit aku mencoba untuk memahami semua ini. Hingga pada akhirnya aku menemukan sebuah kesimpulan bahwa semua yang terjadi saat ini bukanlah spontanitas, tapi memang keadaan ini sudah direncanakan. Entah direncanakan Tuhan atau mungkin direncanakan oleh makhluk ciptaannya. Semalam, aku ingat betul apa yang kamu raikan tentang semua ini lewat telpon. Kurang lebih kamu bilang begini, ”Berat meninggalkan kamu Mas, apalagi aku sayang banget sama kamu,”. Sejujurnya, tak ada sedikitpun rasa senang dalam ucapanmu malam itu. Karena aku meyakini bahwa apa yang kamu bilang itu hanya sebuah retorika kosong. Retorika yang keluar dari keb